VOLUME MOLAR GAS
JURNAL
PRAKTIKUM TERMODINAMIKA
VOLUME
MOLAR GAS
Disusun oleh
Nama :Landep Ayuningtias
NIM
: 151810301065
Kelompok :6
Asisten : Anita Rahman
LABORATORIUM
KIMIA FISIK
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
JEMBER
2016
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Volume satu mol gas
dikenal dengan volume molar gas. Volume molar gas adalah ukuran
volume 1 mol gas pada suhu dan tekanan tertentu. Volume molar gas pada tekanan standar
( dan 1 atm) ditemukan
sebesar 22,4 Liter/mol. Kondisi dan tekanan 1 atm
dirujuk sebagai suhu dan tekanan standar (STP).
Hipotesis Avogadro
menyebutkan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang
sama akan mengandung jumlah partikel yang sama pula. Oleh karena 1 mol setiap
gas mempunyai jumlah molekul yang sama, maka pada suhu dan tekanan yang sama
pula, 1 mol setiap gas mempunyai volume yang sama.
Pengukuran ruang yang
ditempati oleh satu mol gas relatif sukar, maka untuk memudahkan pengukuran
akan dilakukan dengan menentukan volume sejumlah mol gas dengan berat yang
dapat ditimbang dan tekanan yang dapat diukur.
Apabila suhu, tekanan, dan volume gas yang tertampung dalam wadah
diketahui maka volume molar gas dapat ditentukan berdasarkan persamaan gas
ideal. Adapun gas yang akan ditentukan volume molarnya dalam percobaan kali ini
adalah gas Oksigen dan gas Karbon dioksida.
1.2 Tujuan
Menentukan
volume 1 mol gas dan 1 mol gas
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety
Data Sheet (MSDS)
2.1.2 Natrium Karbonat
Natrium
karbonat memiliki rumus molekul Na2CO3. Natrium karbonat memiliki
berat molekul 106 g/mol,Ph 11,6, berfase padatan serbuk, berwarna putih, berbau,
dan titik leburnya 851. Bahan ini larut dalam
air, sebagian larut dalam air dingin, larut dalam alkohol, dan larut dalam
gliserol. Bahan ini tidak korosif terhadap kaca, stabil, dan reaktif dengan
asam. Bahan ini berbahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup dan tertelan.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terhirup, yaitu segera
pindahkan korban ke tempat yang udaranya segar dan berikan nafas bantuan
apabila diperlukan (Anonim, 2016).
2.1.3 Asam Sulfat
Asam sulfat memiliki
rumus molekul H2SO4. Asam sulfat memiliki berat molekul
98,08 g/mol, titik didihnya 270 , titik leburnya -35 dan massa jenisnya sebesar 1,84 g/cm3.
asam sulfat memiliki fase cair, berbau sedak (panas), tidak berwarna, larut
dalam air dingin, air panas, dan etil alkohol. Bahan ini korosif apabila terken
mata, kulit, dan berbahaya apabila tertelan maupun terhirup. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh degan air
mengalir minimal selama 15 menit dan segera meminta pertolongan dokter (Anonim,
2016).
2.1.4 Kalium Klorat
Kalium klorat memiliki
rumus molekul KClO3. Kalium klorat memilikifase padat, tidak
berbau, memiliki berat molekul1 22,55 g/mol, titik didihnya 368, dan berat jenisnya
2,34 g/. Bahan ini tidak
korosif terhadap kaca, mudah terbakar, dan sangat sedikit larut dalam air
dingin. Bahan ini sangat berbahaya apabila terkena mata, kulit, tertelan, dan
terhirup. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu
dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
2.2 Landasan Teori
Molekul-molekul gas
yang mempunyai kerapatan yang rendah akan senantiasa bergerak secara acak dan
berkesinambungan. Peningkatan temperatur akan menaikkan kecepatan
molekul-molekul gas. Gas dipelajari menggunakan suatu pendekatan sehingga
memudahkan pengukuran aspek kuantitatif dengan mengabaikan aspek kinetiknya.
Pendekatan secara teoritis menggunakan pendekatan hukum dasar gas ideal
(Sukardjo, 1998).
Adanya
penyimpangan gas nyata dari gas ideal dalam keadaan tertentu terkadang harus
diabaikan. Pendekatan persamaan gas ideal sering digunakan dalam perhitungan
kimia. Salah satu penerapan gas ideal adalah volume molar gas dengan
menggunakan hukum Avogadro. Persamaan ini sangat bermanfaat untuk melakukan
pengukuran setiap volume mol gas dan dapat dikonversikan ke dalam besaran lain
yang diperlukan (Keenan, 1990).
Menurut huhum Avogadro,
pada tekanan dan temperatur tetap, volume gas ideal sebanding dengan jumlah gas
yang ada:
(2.1)
|
Pernyataan ini adalah kandungan utama
dari asas yang dinyatakan oleh Amedeo Avogadro, yaitu volume yang sama dari gas
pada tekanan dan temperatur sama mengandung jumlah molekul yang sama. Asasnya
menunjukkan bahwa volume molar () suatu gas yaitu
volume ruang yang ditempati oleh per mol molekul:
(2.2)
|
|
(2.3)
|
Kondisi pertama adalah temperatur dan
tekanan standar (STP), yang sesuai dengan dan 1 atm.
Kondisi yang kedua adalah temperatur dan tekanan kamar () yag sesuai dengan dan 1 atm. Apabila
sekumpulan nilai yang diketahui dimasukkan ke persamaan 2.3, dapat ditemukan
bahwa:
(Atkins,
2006).
Berdasarkan
hukum Avogadro, terlihat bahwa apabila dua gas bereaksi satu sama lain maka
volume gas yang bereaksi memiliki perbandingan yang sederhana, apabila hasilnya
adalah gas maka volumenya terkait dengan volume pereaksinya dalam perbandingan
yang sederhanan. Sebagai contoh perhatikan pembuatan amonia dari gas hidrogen
dan nitrogen:
3
mol 1
mol
2 mol
Volume gas-gas sebanding dengan jumlah
mol gas yang ada pada tekanan dan suhu yang sama, maka reaksi diatas dapat
ditulis sebagai:
3
volume 1 volume 2 volume
Perbandingan volume antara molekul gas
hidrogen terhadap molekul gas nitrogen adalah 3:1, dan perbandingan volume
antara gas produk (amonia) dengan volume gas reaktan (hidrogen dan nitrogen) adalah
2:4 atau 1:2 (Chang, 2004).
BAB
3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
-
Erlenmeyer
-
Pipet volume
-
Neraca analitik
-
Tabung reaksi
-
Buret 50 mL
-
Selang penghubung
-
Statif
-
Termometer
-
Kaki tiga
-
Pembakar spritus
-
Jaring kawat
-
Penutup dari karet
-
Beaker gelas
3.1.2
Bahan
-
Natrium karbonat
-
Asam sulfat
-
Kalium klorat
3.2 Skema Kerja
|
3.2.1 Pemanasan Kalium Klorat (KClO3)
|
|
|
|
|
3.2.2 Reaksi Na2SO3 dengan
H2SO4.
BAB
4. HASIL DANPEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penentuan Volume Molar Gas O2
Perc. ke
|
Massa KClO3(g)
|
Mol gas O2
|
Pbar
(mmHg)
|
(mmHg)
|
(mmHg)
|
()
|
1.
|
0,4
|
4,91.10-3mol
|
4,32
|
3,89
|
-7,17
|
22,20
|
2.
|
0,4
|
12,8
|
12,37
|
1,31
|
||
3.
|
0,4
|
1,64
|
1,21
|
-9,85
|
4.1.2
Penentuan Volume Molar Gas CO2
Perc. ke
|
Massa NaCO3(g)
|
Mol gas CO2
|
Pbar
(mmHg)
|
(mmHg)
|
(mmHg)
|
()
|
Massa
CO2 (yang hilang)
|
1.
|
0,4
|
1,9.10-3mol
|
3,72
|
3,29
|
-2,85
|
22,28
|
0,152
g
|
2.
|
0,4
|
2,61
|
2,18
|
0,848
g
|
|||
3.
|
0,4
|
4,47
|
4,04
|
0,166
g
|
4.2 Pembahasan
Percobaan
keempat membahas mengenai volume molar gas. Volume molar gas adalah besarnya
ruang yang ditempati oleh 1 mol gas unsur tertentu dalam temperatur dan
tekananan tertentu. Adapun prinsip percobaan volume molar gas yaitu berdasarkan
pengukuran dengan menentukan volume sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur
dengan berat yang dapat ditimbang dan tekanan yang dapat diukur dan
dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat ideal maka persamaan yang
menghubungkan jumlah mol gas, tekanan, suhu dan volume adalah PV = nRT.
Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan penentuan volume molar gas
yaitu berupa set alat yang terdiri dari 2 buret yang kedua ujung bawahnya
dihubungkan dengan selang, selang penghubung mulut buret bagian atas dengan
mulut erlenmeyer tempat bahan direaksikan, termometer yang dilekatkan pada
tutup erlenmeyer untuk mengukur suhu pada percobaan, kakitiga dan pembakar
spritus. Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam sulfat
pekat, kalium klorat, dan natrium karbonat.
Penentuan
volume molar gas oksigen menggunakan bahan kalium klorat. Kalium klorat digunakan dalam percobaan
ini sebab bahan tersebut bersifat oksidator, sehingga ketika dilakukan
pemanasan terhadap bahan maka akan diperoleh gas oksigen. Adapun fungsi
pemanasan yaitu untuk mendorong terjadinya reaksi sebab kalium klorat bereaksi
secara endoterm sehingga reaksi akan berjalan apabila diberi energi (panas). Penentuan
volume molar oksigen dilakukan dengan metode pendesakan air oleh gas yang terbentuk
ketika kalium klorat dipanaskan. Hal yang perlu diperhatikan saat pemanasan
yaitu pastikan erlenmeyer dalam keadaan tertutup rapat agar gas yang dihasilkan
tidak keluar dari sistem dan perhatikan skala pada termometer pada saat
perubahan gas yang dihasilkan pada keadaan kosntan. Saat pemanasan KClO3 dalam
erlenmeyer membuat air dalam buret
terdorong ke bawah. Air yang terdorong ke bawah merupakan volume gas
oksigen yang dihasilkan dari reaksi pemanasan kalium klorat. Hal ini disebabkan pada saat pemanasan menghasilkan O2 yang
menyebabkan adanya tekanan pada erlenmeyer dan gas terdorong menuju selang
sehingga gas mendorong air dalam buret. Hal ini juga disebabkan karena sifat
dasar materi yang selalu menempati ruang, sehingga oksigen yang terurai mencari
ruang untuk ditempati. Berdasarkan sifat dasar materi inilah dapat diketahui
bahwa volume ruang ditempati oleh air terdorong keluar sebelumnya adalah sama
dengan volume ruang yang ditempati oleh oksigen. Adapun persamaan reaksi pada
saat KClO3 dipanaskan yaitu sebagai berikut:
2KClO3
(s) → 3O2 (g) + 2KCl(s)
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali.
Masing-masing massa bahan yang digunakan sebesar 0,4 g. Volume gas yang
tercatat setelah pemanasan hingga KClO3 terurai sempurna yaitu 9,9
mL, 26,5 mL, dan 5,0 mL masing-masing pada percobaan I, II, dan III. Perbedaan
volume yang dihasilkan kemungkinann disebabkan kebocoran akibat tutup
erlenmeyer tidak terpasang rapat, masih terdapat celah sehingga sebagian gas
yang dihasilkan keluar melalui celah tersebut. Berdasarkan perhitungan
menggunakan persamaan gas ideal didapatkan rata-rata volume molar gas oksigen
yang dihasilkan dari percobaan yaitu sebesar 22,20 L/mol.
Penentuan
volume molar gas CO2 menggunakan bahan natrium karbonat dan asam
sulfat pekat. Na2SO3 yang disunakan dalam percobaan
sebesar 0,4 g dan H2SO4 yang digunakan sebesar 3 mL. Reaksi antara
natrium karbonat dan asam sulfat pekat merupakan reaksi eksoterm. Hal itu
diketahui ketika asam sulfat pekat yang ditambahkan pada natrium karbonat menghasilkan
panas, sehingga reaksi dilakukan tanpa pemanasan. Penentuan volume molar gas CO2
dilakukan dengan metode pendesakan air oleh gas yang terbentuk ketika Na2SO3
dan
H2SO4 direaksikan. Reaksi antara Na2SO3
dan
H2SO4 berlangsung
sangat cepat sehingga diperlukan ketangkasan dalam mencampurkan bahan ke dalam
erlenmeyer dan menutup tutup erlenmeyer. Celah-celah yang terdapat pada tutup
erlenmeyer dilumuri dengan vaselin agar tidak terdapat kebocoran pada saat gas
karbondioksida dihasilkan. Reaksi antara Na2SO3
dan
H2SO4 dalam erlenmeyer membuat air
dalam buret terdorong ke bawah. Air yang terdorong ke bawah merupakan volume
gas CO2 yang dihasilkan dari reaksi antara Na2SO3
dan
H2SO4. Hal ini disebabkan reaksi antara
Na2SO3
dan
H2SO4 menghasilkan CO2 yang
menyebabkan adanya tekanan pada erlenmeyer dan gas terdorong menuju selang
sehingga gas mendorong air dalam buret. Hal ini juga disebabkan karena sifat
dasar materi yang selalu menempati ruang, sehingga gas CO2 yang
terurai mencari ruang untuk ditempati. Berdasarkan sifat dasar materi inilah
dapat diketahui bahwa volume ruang ditempati oleh air yang terdorong keluar
sebelumnya adalah sama dengan volume ruang yang ditempati oleh gas CO2. Adapun
persamaan reaksi antara Na2SO3 dan
H2SO4 yaitu sebagai berikut:
Na2CO3(s)
+ H2SO4(l) à Na2SO4(aq)
+ H2O(l) + CO2(g)
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali.
Volume gas yang tercatat setelah reaksi berhenti yaitu 10 mL, 6,0 mL, dan 9,0 mL masing-masing
pada percobaan I, II, dan III. Perbedaan volume yang dihasilkan kemungkinann
disebabkan kurang cepatnya menutup tutup erlenmeyer pada saat mencampurkan asam
sulfat ke dalam erlenmeyer yang berisi bahan, sehingga gas yang dihasilkan
diawal reaksi yang sangat cepat tersebut keluar dari sistem. Berdasarkan
perhitungan menggunakan persamaan gas ideal didapatkan rata-rata volume molar
gas oksigen yang dihasilkan dari percobaan yaitu sebesar 22,28L/mol. Selang
penghubung buret dan erlenmeyer di lepas ketika sudah tidak ada lagi perubahan.
Hasil reaksi antara Na2SO3
dan
H2SO4 yang tersisa kemudian
ditimbang. Massa gas CO2 didapatkan dari selisih massa antara Na2SO3
dan
H2SO4 awal dengan Na2SO3 dan
H2SO4 setelah bereaksi. Masing-masing
massa gas CO2 yang didapatkan pada percobaan I, II, dan III yaitu
sebesar 0,152 g, 0,848 g, dan 0,166 g, sehingga didapatkan rata-rata gas CO2
yang dihasilkan dari 3 percobaan tersebut yaitu sebesar 0,388 g.
BAB
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan volume molar gas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
volume molar gas rata-rata pada1 mol gas O2 sebesar 22,20 L/mol dan
volume molar gas rata-rata pada1 mol CO2 sebesar 22,28 L/mol.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat
diberikan berdasarkan percobaan volume molar yang telah dilakukan yaitu
sebaiknya praktikan benar-benar memastikan tutup erlenmeyer terpasang rapat
sehingga tidak ada kebocoran gas yang keluar dari sistem. Tambahkan vaselin
pada tutup erlenmeyer apabila memang diperlukan untuk menjaga kerapatan tutup
erlenmeyer dan saling bekerja samalah untuk melakukan percobaan.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2016. Material
Safety Data Sheet of Potassium Chlorate [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsid= 9927704. [diakses
4 Novemver 2016].
Anonim. 2016. Material
Safety Data Sheet of Sodium Carbonate [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsid= 9927263. [diakses
4 Novemver 2016].
Anonim. 2016. Material
Safety Data Sheet of Sulfate Acid [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsid= 9925146. [diakses
4 Novemver 2016].
Atkins, P.W. 2006. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Keenan,W. Charles. 1992. Kimia
Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: PT. Rhineka
Cipta.
Tim Penyusun. 2016. Petunjuk Praktikum Termodinamika.
Jember: Universitas Jember.
Lembar
Perhitungan
A. Gas O2
T0= 0= 273oK
P0 =
1 atm
Reaksi :
2KClO3 (s)
→ 3O2 (g) + 2KCl(s)
Massa KClO3=
0.3
Mol KClO3=
=
3,27.10-3mol
Mol
O2= x
3.27.10-3mol =4,91.10-3mol
1.
Perhitungan
Tekanan Barometer Terbaca
P1 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
5,8. 10-2 m
= 568,4 Pa x =4,32 mmHg
P2 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
17,2 . 10-2 m
= 1685,6 Pa x = 12,8 mmHg
P3 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
2,2 . 10-2 m= 1,64 mmHg
2.
Perhitungan
Tekanan Total
Ptotal
(1) = Pbar (1) -
= 4,32 mmHg –
= 4,32 mmHg – 0,43 mmHg
= 3,89 mmHg
Ptotal
(2) = Pbar (2) -
= 12,8 mmHg –
= 12,8 mmHg – 0,43 mmHg
= 12,37 mmHg
Ptotal
(3) = Pbar (3) -
= 1,64 mmHg –
= 1,64 mmHg – 0,43 mmHg
= 1,21 mmHg
3.
Perhitungan
tekanan gas O2
Pgas
O2(1)= Ptotal(1) – PH2O (1 - r)
= 3,89 mmHg – 55,3 mmHg (1 – 0,8)
= 3,89 mmHg – 11,06 mmHg
= -7,17 mmHg
Pgas
O2 (2)= Ptotal(2) – PH2O (1 - r)
= 12,37 mmHg – 55,3 mmHg (1 – 0,8)
= 12,37 mmHg – 11,06 mmHg
= 1,31 mmHg
Pgas
O2(3)= Ptotal(3) – PH2O (1 - r)
= 1,21 mmHg – 55,3 mmHg (1 – 0,8)
= 1,21 mmHg – 11,06 mmHg
=
-9,85 mmHg
Rata-rata
Pgas = -5,01 mmHg =
4. Perhitungan Volume gas O2
(Rata-rata T= 365K)
PV = nRT
=
L
B.Gas
CO2
Na2CO3(s)
+ H2SO4(l) à Na2SO4(aq)
+ H2O(l) + CO2(g)
Massa Na2CO3= 0,4 gram
Mol Na2CO3 =
Massa H2SO4 = x v
= 1,84 g/ml x 3 ml
= 5.52 g
Mol H2SO4 =
= = 0.056
mol
Mol CO2 =
Na2CO3(s)
|
H2SO4(l)
|
CO2(g)
|
|
M
|
0,056 mol
|
-
|
|
R
|
|||
S
|
-
|
0.052
|
1.
Perhitungan
tekanan barometer terbaca
P1 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
5. 10-2 m
= 490 Pa x x =3,72 mmHg
P2 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
3,5. 10-2 m
= 343 Pa x x =2,61 mmHg
P3 = ρ g h
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x
6 . 10-2 m
= 588 Pa x x =4,47 mmHg
2.
Perhitungan
Tekanan Total
Ptotal
(1) = Pbar (1) -
= 3,72 mmHg –
= 3,72 mmHg – 0,43 mmHg
= 3,29 mmHg
Ptotal
(2) = Pbar (2) -
= 2,61 mmHg –
= 2,61 mmHg – 0,43 mmHg
= 2,18 mmHg
Ptotal
(3) = Pbar (3) -
= 4,47 mmHg –
= 4,47 mmHg – 0,43 mmHg
= 4,04 mmHg
Rata-rata
Pgas CO2 = 3,17 mmHg
3.
Perhitungan
tekanan gas CO2
Pgas
CO2= Ptotal – PH2O (1 - r)
= 3,17
mmHg
– 30,1 mmHg (1 – 0,8)
= 3,17 mmHg – 6,02 mmHg
= -2,85 mmHg=
Perhitungan
Volume gas CO2 (pada T rata-rata=307K)
PV = nRT
=
L
· Massa
H2SO4
ρ =
m = ρ . v
= 1,84 gram/mL . 3 mL
= 5,52 gram
· Massa
gas CO2 yang hilang
Perc. 1 = (massa awal + massa H2SO4)
– (massa akhir + massa H2SO4)
= (67,962 + 5,52)
gram – 73,330 gram
= 73,482 gram – 73,330 gram
= 0,152 gram
Perc. 2 = (massa awal + massa H2SO4)
– (massa akhir + massa H2SO4)
= (67,962 + 5,52)
gram – 72,634 gram
= 73,482 gram - 72,634 gram
= 0,848 gram
Perc. 3 = (massa awal + massa H2SO4)
– (massa akhir + massa H2SO4)
= (67,962 + 5,52)
gram – 73,316 gram
= 73,482 gram - 73,316 gram
=
0,166 gram
Rata-rata
massa gas CO2 yang hilang=0,388 g
Komentar
Posting Komentar