Ekstraksi Asam Lemak Dari Daging Buah Alpukat
BUAH
ALPUKAT
Tanaman
alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar
hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia. Di samping
daging buahnya, biji alpukat juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan
alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat
dijadikan sebagai sumber minyak nabati.
Klasifikasi lengkap
tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea
americana Mill
(Sumber: Prasetyowati,
2010).
Alpukat
(Persea americana Mill.) merupakan salah satu sumber asam lemak nabati yang
mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang berguna bagi kesehatan. Salah
satunya asam lemak tak jenuh yang terkandung dalam alpukat yaitu asam oleat. Kandungan
minyak alpukat lebih tinggi dibandingkan tanaman-tanaman seperti kedelai,
jarak, bunga matahari, dan kacang tanah. Namun, kandungan minyak alpukat masih
lebih rendah dibandingkan sawit. Karakteristik fisika minyak alpukat dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Komposisi asam lemak minyak alpukat lokal
Metil ester asam lemak
|
struktur
|
Persen komposisi (%)
|
Oleat
|
C
18:1
|
26,34
|
Palmitoleat
|
C
16:1
|
1,08
|
Kaprilat
|
C
8:0
|
1,68
|
Kaprat
|
C
10:0
|
1,93
|
Laurat
|
C
C 12:0
|
8,62
|
Miristat
|
C
14:0
|
3,92
|
Palmitat
|
C16:0
|
14,44
|
(Sumber: Rachimoellah, 2009).
Tabel
2. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Alpukat
Karakteristik
|
Jumlah
|
Specific
gravity (25
|
0,19-0,16
|
Titik
leleh
|
10,50
|
Flash
point
|
245
|
Indeks
refraksi
|
1,462
|
Viskositas
|
0,357
poise
|
Massa
jenis
|
0,9085-0,9174
g/mL
|
Angka
asam (mg KOH/g minyak)
|
2,08
|
Angka
penyabunan (mg KOH/g minyak)
|
91,14
|
Angka
iod (g iod/ 100g)
|
66,18
|
Angka
peroksida (mek O2/1000 G)
|
15,73
|
Asam
lemak bebas
|
0,82
|
(Sumber: Menegristek,
2000).
Ekstraksi
Asam Lemak Dari Daging Buah Alpukat
Ekstraksi
merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa aktif dari suatu bahan atau
simplia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut tertentu yang cocok.
Pembuatan ekstrak (ekstraksi) bisa dilakukan dengan berbagai metode sesuai
dengan sifat dan tujuannya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
(Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Asam lemak terdiri dari asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh terbentuk didalam tubuh,
berasal dari bahan-bahan makanan yang dikonsumsi. Asam lemak tak jenuh
didatangkan diluar tubuh, merupakan lemak cair, umumnya tidak disintesa sendiri
oleh tubuh (Kartasapoetra et al., 2005).
Ekstraksi
adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Dengan kata lain
terjadi pemisahan fisika berdasarkan prinsip beda konsentrasi dan beda
kelarutan. Hasil yang didapatkan kemudian dipisahkan menjadi dua bagian yaitu
ekstrak dan rafinat. Ekstrak tersebut mengandung solut dan pelarut sedangkan
rafinat mengandung inert, sisa pelarut dan sisa solut. Sokhlet merupakan proses
pemisahan berulang dengan sampel berupa padatan. Sampel yang akan diekstrak
biasanya padatan yang telah dihaluskan. Padatan ini lalu dibungkus dengan
kertas saring lalu dimasukkan dalam alat sokhlet. Alat ini pada bagian atas
dihubungkan dengan pendingin balik sedangkan bagian bawah terdapat labu alas
bulat sebagai tempat pelarut. Pemanasan dengan suhu tertentu akan menguapkan
pelarut. Uap akan naik ke atas mengalami proses pendinginan. Ruang sokhlet akan
dipenuhi oleh pelarut yang telah mengembun hingga batas tertentu pelarut
tersebut akan membawa solut dalam labu. Proses ini berlangsung terus menerus.
Keuntungan metode ini adalah ekstraksi berlangsung cepat, cairan pengekstraksi
yang dibutuhkan sedikit, dan cairan pengekstraksi tidak pernah mengalami
kejenuhan (Dyah, 2010).
v Alat
yang digunakan adalah kertas saring, pisau, Erlenmeyer, oven, gelas ukur,
tabung reaksi, corong, cawan penguap, vial, seperangkat alat kromatografi gas
GC – MS QP2010 Plus, spatel, pinset, pipet tetes, aluminium foil, buret, pipet
gondok, labu ukur, termometer, beaker glass, seperangkat alat sokletasi,
timbangan analitik dan lain-lain.
v Bahan
yang digunakan adalah alpukat (Persea americana Mill.) yang diperam 3 hari dan
yang diperam 5 hari, N-heksan, alkohol netral 95%, kalium hidroksida 0.5 N
beralkohol, kloroform, asam klorida 0,5 N, reagen Hannus, kalium iodida jenuh,
kalium iodida 10%, Natrium-tiosulfat 0.1 N, indikator fenolftalin, indikator
amilum, asam asetat glacial, bromin, iodium.
v Tahapan:
1.
Penyiapan sampel: Kulit buah alpukat
dikupas, daging buah dihancurkan dengan berat basah sampel 500 g kemudian
dikeringkan dengan oven 50- 60ºC selama 14-16 jam. didapat hasil berat kering
sampel kemudian dihancurkan.
2.
Soxhletasi: Alpukat kering yang sudah
dihaluskan diekstraksi dengan metode sokletasi menggunakan pelarut n-heksan
selama 8 jam. Proses ekstraksi dikatakan sempurna, apabila larutan n-heksan
tidak berwarna lagi, ekstrak yang didapat dipisahkan melalui proses penyulingan
didapat minyak alpukat.
3.
minyak yang dihasilkan diidentifikasi
dan dilakukan analisis dengan menggunakan kromatografi gas.
4.
Pemeriksaan komponen penyusun minyak
alpukat hasil dari esterisifikasi ini dilakukan dengan menggunakan Gas
Chromatography – Mass Spectroscopy (GC – MS). 10 g minyak alpukat ditimbang
diatas kaca arloji kemudian tambahkan 10 ml metanol tambahkan 5 tetes asam
klorida refluks selama 8 jam tambahkan 4 ml heksan dan tambahkan 10 ml, air dan
minyak alpukat terpisah bagian atas minyak bagian bawah air, air dikeluarkan
tersisa minyak alpukat. Kemudian minyak dipindahkan ke dalam vial. Sebelum
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu kolom dielusi dengan gas pembawa yaitu
Helium. Setelah dilakukan penentuan kondisi yang baik, maka minyak diinjeksikan
kedalam tempat injeksi. Dengan adanya gas pembawa, maka minyak yang telah teruapkan
akan masuk kedalam kolom kromatografi, kemudian dideteksi oleh detektor dan
hasilnya akan terlihat pada layar monitor berupa puncak-puncak (Roy, et al.,
1991).
Daftar
Pustaka
Dyah
Septyaningsih. 2010. Isolasi dan
Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.)
[Skrips]. Surakarta: Program Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret.
Prasetyowati,
Retno Pratiwi, Fera Tris O. Pengambilan
Minyak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal
Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010.
Rachimoellah,
H.M., Resti, Dyah Ayu., Zibbeni, et. al. Production
of Biodiesel through Transesterification of Avocado (Persea Gratissima) Seed
Oil Using Base Catalyst. Jurnal Teknik Mesin, Vol. 11, No. 2, 2009.
Kartasapoetra,
G., Marsetyo, & Med. 2005. Ilmu Gizi
(Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktifitas Kerja). Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Roy,
G. J., James, B. M., & Arthur, S. E. 1991. Penghantar Kromatografi. Bandung: Diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, ITB.
Departemen
kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Edisi1.
Jakarta: Direktor Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan.
Komentar
Posting Komentar