ISOLASI DNA DAN ELEKTROFORESIS
LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOMOLEKUL
ISOLASI
DNA
Nama : Landep Ayuningtias
NIM
: 151810301065
Kelompok : 9
Kelas : A
LABORATORIUM
KIMIA BIOKIMIA
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
JEMBER
2017
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Molekul DNA dalam suatu
sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam keperluan seperti
amplifikasi dan analisis DNA melalui elektroforesis. Isolasi DNA dilakukan
dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat.
Prisnsip utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis), ektraksi
atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta
pemurnian DNA.
Prisnsip
isolasi DNA pada berbagai jenis sel atau jaringan pada berbagai organisme pada
dasarnya sama, namun memiliki modifikasi dalam hal teknik dan bahan yang
digunakan. Sumber DNA dapat berasal dari tanaman, kultur
mikroorganise, atau sel manusia. DNA yang akan diisolasi pada percobaan ini
adalah DNA plasmid dari bakteri E. coli dan DNA kromosom dari buah tomat. Sel-sel
prokariotik maupun sel eukariotik pada organisme mengandung membran dan
mengandung organel-organel
di dalam sitoplasma. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi DNA untuk memisahkan
DNA target dari komponen-komponen pencampurnya. Manfaat isolasi DNA pada umumnya digunakan
sebagai vektor dalam berbagai teknik rekayasa genetika seperti kloning gen atau
transformasi.
Proses isolasi DNA
plasmid dan kromosom pada percobaan menggunakan metode alkalyne lysis. Metode isolasi DNA menggunakan alkalyne
lysis diawali dengan perusakan dinding sel dan lisis membran sel menggunakan
larutan detergen, presipitasi DNA yang akan dipisahkan menggunakan teknik
sentrifugasi dan pemurnian DNA. DNA yang
didapatkan belum menunjukkan informasi mengenai ukuran molekulnya, sehingga
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menguji keberhasilan proses
isolasi DNA. Analisis mengenai informasi ukuran DNA yang didapat kemudian
diperiksa melalui analisis elektroforesis.
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum mengenai isolasi
DNA adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari
dan melakukan mekanisme isolasi DNA plasmid dan DNA kromosom.
2. Melakukan
pemisahan DNA yang telah diisolasi menggunakan teknik elektroforesis.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sel
Semua makhluk hidup
terdiri dari satu atau lebih unit sederhana bernama sel. Sel merupakan unit
yang dibatasi membran yang mengandung DNA dan sitoplasma. (Cain, 2002). Sel
mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk
mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Sebagian besar sel
berdiameter antara 1 sampai 100 µm sehingga hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop, ukuran sel dibatasi agar tidak tumbuh terlalu besar
karena sel harus mempertahankan suatu area permukaan (membran plasma) yang
memadai untuk menampung pergantian antar nutrisi dan sampah (Sloane, 2003).
Setiap organisme
tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara struktural berbeda: sel
prokariotik atau sel eukariotik. Sel prokariotik umumnya berukuran lebih kecil
dan mempunyai struktur lebih sederhana daripada sel eukariotik. Perbedaan utama
antara kedua jenis sel itu adalah bahwa materi genetik (DNA) sel prokariotik
tidak terletak dalam suatu struktur membran ganda yang disebut nukleus,
sedangkan pada eukariotik, semua materi genetiknya terdapat pada molekul DNA
yang terdapat sebagai kromosom yang terletak di dalam nukleus (Purves et all., 2003).
2.2
DNA
DNA (Deoxyribonucleic
acid) merupakan asam nukleat berbentuk heliks ganda yang mengandung komponen
gula deoksiribosa, serta memiliki empat basa nitrogen yang berpasangan, yaitu
guanin dalam satu pasang untai dengan sitosin serta adenin dalam satu pasang
untai timin (Alberts dkk., 2008). DNA adalah urutan nukleotida yang menyimpan
materi genetik yang diwarisi oleh organisme dari induknya, sehingga dapat
membedakan organisme tertentu terhadap organisme yang lain (Campbell dkk.,
2008). DNA pada sel eukariotik dapat ditemukan baik pada kromosom inti (DNA
kromosomal) maupun pada organel, yaitu pada mitokondria dan kloroplas (DNA
ekstrakomosomal) (Fatchiyah dkk., 2011).
Bakteri Salmonella
merupakan mikroorganisme kelompok utama bakteri Protobakteria gamma yang
mengandung DNA kromosom dan plasmid di dalam nukleoid pada sel prokariotik
(Campbell dkk., 2008). Ekstraksi DNA merupakan langkah awal yang harus
dikerjakan dalam uji pelacakan DNA bakteri. Bakteri Salmonella tifoid dapat
diisolasi dari darah pasien, lalu dinokulasi ke dalam medium sintetis untuk
memastikan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri Salmonella tifoid. Isolat
bakteri Salmonella tifoid yang didapat selanjutnya dilakukan ekstraksi DNA
dengan beberapa tahapan, yaitu
(1) Pemecahan membran sel
(2) Ekstraksi dalam larutan
(3) Pemurnian
(4) Pengendapan DNA.
DNA harus dijaga agar
tetap bersuhu rendah supaya tidak rusak dan didapatkan DNA dalam bentuk rantai
yang panjang pada saat melakukan proses ekstraksi. Fatchiyah dkk. (2011)
menjelaskan bahwa tahap pertama ekstraksi DNA yaitu pemecahan dinding sel
secara fisik dan kimiawi, kemudian ditambahkan proteinase K yang berfungsi
untuk pemisahan DNA dari kontaminan protein. Untuk pemisahan DNA dari molekul
lainnya dapat digunakan garam berkonsentrasi tinggi. Tahapan selanjutnya yaitu
proses pemurnian akhir DNA dengan menambahkan etanol dingin, dan terakhir
melarutkan pelet DNA dengan menambahkan akuabides steril. Konsentrasi dan
kemurnian DNA merupakan faktor penting dalam analisis molekuler berbasis DNA
menggunakan metode spektrofotometri. Untuk mengukur nilai absorbansi molekul
DNA dapat menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 260 nm
(Faatih, 2009).
2.3 Elektroforesis
Elektroforesis adalah
suatu teknik yang mengukur laju perpindahan atau pergerakan partikel-partikel
bermuatan dalam suatu medan listrik. Prinsip kerja dari elektroforesis
berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan negatif (anion), dalam hal
tersebut DNA, yang bergerak menuju kutub positif (anode), sedangkan
partikel-partikel bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negatif
(anode) (Gaffar, 2007). Elektroforesis digunakan untuk mengamati hasil
amplifikasi dari DNA. Hasil elektroforesis yang terlihat adalah
terbentuknya band yang merupakan fragmen DNA hasil amplifikasi dan
menunjukkan potongan-potongan jumlah pasangan basanya. Teknik elektroforesis
mempergunakan medium yang terbuat dari gel. Perpindahan partikel pada
medium gel tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran partikel,
komposisi dan konsentrasi gel, densitas muatan, kuat medan listrik dan
sebagainya. Semakin kecil partikel tesebut, maka pergerakan atau
migrasinya akan semakin cepat, karena matriks gel mengandung jaringan kompleks
berupa pori-pori sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergerak melalui matriks
tersebut.Perangkat elektroforesis yang digunakan dalam elektroforesis meliputi
sumber arus listrik searah (DC), ruang untuk elektroforesis (Comb, Well, platform dan cetakan
wadah gel), larutan buffer (buffer ionik dan loading
buffer), matriks elektroforesis, marker dan gel (Suhartono, 1999).
Elektroforesis
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk suatu partikel baik
DNA, RNA dan protein. Selain itu, elektroforesis juga digunakan untuk
fraksionasi yang dapat digunakan untuk mengisolasi masing-masing komponen dari
campurannya, mempelajari fitogenetika, kekerabatan dan mempelajari penyakit
yang diturunkan. Elektroforesis dalam bidang genetika, digunakan untuk
mengetahui ukuran dan jumlah basa yang dikandung suatu sekuen DNA tertentu
(Klug & Cummings 1994: A-7). Perangkat elektroforesis yang digunakan dalam
elektroforesis meliputi sumber arus listrik searah (DC), ruang untuk
elektroforesis (Comb, Well, platform dan cetakan wadah gel),
larutan buffer, matriks elektroforesis, marker dan gel
(Suhartono, 1999).
Elektroforesis gel
didasarkan pada pergerakan molekul bermuatan dalam media penyanggah matriks
stabil dibawah pengaruh medan listrik. Media yang umum digunakan adalah gel
agarosa atau poliakrilamid. Elektroforesis gel agarosa digunakan untuk
memisahkan fragmen DNA yang berukuran lebih besar dari 100 bp dan dijalankan
secara horizontal, sedangkan elektroforesis akrilamid dapat memisahkan 1 bp dan
dijalankan secara vertikal. Elektroforesis poliakrilamid biasanya digunakan
untuk menentukan urutan DNA atau sekuensing (Gaffar, 2007). Elektroforesis
adalah suatu teknik yang mengukur laju perpindahan atau pergerakan
partikel-partikel bermuatan dalam suatu medan listrik. Prinsip kerja dari
elektroforesis berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan negatif
(anion), dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju kutub positif (anode),
sedangkan partikel-partikel bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju
kutub negatif (anode) (Klug & Cummings 1994: A-6). Elektroforesis
digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA. Hasil
elektroforesis yang terlihat adalah terbentuknya band yang merupakan
fragmen DNA hasil amplifikasi dan menunjukkan potongan-potongan jumlah pasangan
basanya (Carson, 2006).
Elektroforesis
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk suatu partikel baik
DNA, RNA dan protein. Selain itu, elektroforesis juga digunakan untuk
fraksionasi yang dapat digunakan untuk mengisolasi masing-masing komponen dari
campurannya, mempelajari fitogenetika, kekerabatan dan mempelajari penyakit
yang diturunkan. Elektroforesis dalam bidang genetika, digunakan untuk
mengetahui ukuran dan jumlah basa yang dikandung suatu sekuen DNA tertentu (Sambrook
dan Russel, 2001).
Teknik elektroforesis
mempergunakan medium yang terbuat dari gel. Perpindahan partikel pada
medium gel tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran partikel,
komposisi dan konsentrasi gel, densitas muatan, kuat medan listrik dan
sebagainya. Semakin kecil partikel tesebut, maka pergerakan atau
migrasinya akan semakin cepat, karena matriks gel mengandung jaringan kompleks
berupa pori-pori sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergerak melalui
matriks tersebut (Muladno, 2010).
DNA dicampurkan dengan loading dye sebelum proses
elektroforesis. Loading dye terdiri
dari glycerol, bromphenol blue, dan xylene
cyanol FF. Glycerol berfungsi
sebagai pemberat sehingga DNA berada di bawah sumuran, sedangkan bromphenol blue dan xylene cyanol FF berfungsi sebagai visualisasi pada gel sehingga
proses migrasi DNA pada saat berlangsungnya elektroforesis tidak melebih batas
gel (Carson, 2006). Sumur-sumur dalam gel agarosa berfungsi untuk meletakkan
larutan DNA yang bermuatan negatif. Arus listrik dialirkan dengan menggunakan
larutan buffer yang sesuai, maka DNA akan bergerak menuju kutub positif. Laju migrasi DNA dalam medan
listrik berbanding terbalik dengan massa DNA. Migrasi DNA terutama ditentukan
oleh ukuran panjang dan bentuk DNA. Fragmen DNA yang berukuran kecil akan
bermigrasi lebih cepat dibanding yang berukuran besar, sehingga elektroforesis
mampu memisahkan fragmen DNA berdasarkan ukuran panjangnya. Kecepatan migrasi
DNA ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya (Muladno, 2010):
1. Migrasi
molekul DNA berukuran besar lebih lambat daripada migrasi molekul berukuran
kecil.
2. Migrasi
molekul DNA pada gel berkonsentrasi lebih rendah lebih cepat daripada migrasi
molekul DNA yang sama pada gel berkonsentrasi tinggi. Oleh karena itu, penentuan
konsentrasi agarosa dalam membuat gel harus memperhatikan ukuran molekul DNA
yang akan dianalisis.
3. Konformasi
atau bentuk rangkaian molekul DNA berukuran sama akan bermigrasi dengan
kecepatan yang berbeda.
4. Kecepatan
migrasi DNA sebanding dengan tingginya voltase yang digunakan. Akan tetapi
apabila penggunaan voltase dinaikkan, mobilitas molekul DNA meningkat secara
tajam. Ini mengakibatkan pemisahan molekul DNA di dalam gel menurun dengan
meningkatnya voltase yang digunakan. Penggunaan voltase yang ideal untuk
mendapatkan separasi molekul DNA berukuran lebih besar 2 kb adalah tidak lebih
dari 5 Volt per cm.
5. Keberadaan
etidium bromida di dalam gel mengakibatkan pengurangan tingkat kecepatan
migrasi molekul DNA linear sebesar 15%.
6. Apabila
tidak ada kekuatan ion di dalam larutan, maka aliran listrik akan sangat
minimal dan migrasi DNA sangat lambat. Sementara larutan buffer berkekuatan ion
tinggi akan meningkatkan panas, sehingga aliran listrik menjadi sangat
maksimal. Ada kemungkinan gel akan meleleh dan DNA dapat mengalami denaturasi.
Visualisasi maka
ditambahkan larutan etidium bromida yang akan masuk di antara ikatan hidrogen
pada DNA, sehingga pita fragmen DNA akan terlihat di bawah lampu UV (Gaffar,
2007). Larutan etidium bromida sangat berbahaya dan bersifat karsinogen. Semua
larutan yang mengandung etidium bromida harus didekontaminasi sebelum dibuang
(Muladno, 2010). Bahaya yang ditimbulkan oleh etidium bromida, dapat dihindari
dengan menggunakan menggunakan larutan SYBR
safe sebagai penggantinya. Menurut Sambrook dan Russel (2001) pewarna SYBR
safe membuat DNA berpendar di bawah sinar UV. Pita DNA yang berpendar pada gel
agarosa menunjukkan hasil positif bahwa terdapat DNA pada setiap lajur.
BAB
3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1
Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat
-
Mikro pipet
-
Sentrifuge
-
Freezer
-
Shaker
incubator
-
Kertas label
-
Tabung eppendorf
-
Ice
bath
3.1.2
Bahan
-
Pelet lasmid
-
Pelet Kromoson
-
Etanol 70%
-
Larutan I(Glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5 mM
pH 8, Na2EDTA 10 Mm Ph 8)
-
Larutan II (NaOH 0,2 M, SDS 1%, ddH2O)
-
Larutan III (Kalium asetat 5 M, asam
asetat glasial, ddH2O dingin)
-
Fenol
-
Kloroform
-
Isoamil
-
Lisozim
-
Larutan STEP
-
Agarosa
-
Buffer TAE
-
Bromofenol biru
-
Etidium bromida (EtBr)
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Isolasi plasmid pET30 dari E. coli BL21
Pellet dilarutkan dalam
larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5 mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH 8)
100 µL dan dihomogenkan lalu didiamkan 5 menit. Ditambahkan 200 µL larutan II
(NaOH 0,2 M, SDS 1%, ddH2O steril) dan dihomogenkan dengan cara membolak-balik
tabung Eppendorf. Larutan diinkubasi di es selama 15 menit, setelah 15 menit
ditambahkan 150 µL larutan III (Kalium asetat 5 M, asam asetat glasial, ddH2O
dingin), diinkubasi dalam es selama 10 menit. Campuran tersebut disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm suhu 4 °C, supernatan yang diperoleh
dipindahkan secara perlahan dengan menggunakan pipet kedalam tabung Eppendorf
baru yang steril dan ditambahkan campuran fenol: kloroform: isoamil alkohol
(25:24:1) 1 kali volume total, dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi
lagi 12.000 rpm 2 menit dan dihasilkan 3 lapis, fase paling atas adalah fase
cair yang dipindahkan dengan cara memipet secara hati-hati kedalam tabung
Eppendrorf baru yang steril, fase cair tersebut dipekatkan dengan menambahkan
etanol absolut dingin 2 kali volume total, dan diinkubasi dalam es selama 1
jam. Campuran disentrifugasi 12.000 rpm selama 5 menit, pellet dicuci dengan
etanol dingin 70% dan disentrifugasi lagi dan tabung Eppendorf dikeringkan dari
etanol dengan cara membalikkan tabung dan didiamkan 5 menit. Kemudian pellet
dilarutkan dalam 30 µL ddH2O (Sambrook dan Russel, 2001).
3.2.2 Isolasi DNA kromosom isolat
pellet sel diresuspensi dengan 250 µl buffer TE
(50 mM tris HCl pH 8 dan 50 mM EDTA). Larutan tersebut dibekukan pada suhu -20oC
selama 30 menit. kemudian ditambahan 250 µL lisozim 10mg/ml ke dalam sel beku dan
dibiarkan mencair pada suhu kamar. Larutan sel yang sudah mencair dimasukkan ke
dalam penangas es selama 45 menit. Lalu menambahkan larutan STEP (SDS 1%, Tris
Cl, EDTA pH 8, proteinase K) sebanyak 50µL ke dalam suspensi dan dicampur rata.
Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam waterbath
pada suhu 50oC selama 1 jam sambil sesekali digoyang perlahan. Kemudian
ditambahkan 300µL larutan fenol jenuh ke
dalam campuran lalu dikocok sampai terbentuk emulsi. Campuran disentrifugasi
pada kecepatan 12.000rpm selama 5 menit sampai terpisah dua lapisan. DNA yang
diinginkan berada pada lapisan atas. Lapisan atas dipipet secara hati-hati dan
dipindahkan ke dalam tabung eppendorf yang steril. Selanjutnya ditambahkan larutan
natrium asetat 0,3 M sebanyak 0,1 kali dari volume total hasil pemipetan DNA,
lalu dicampur perlahan. Kemudian ditambahkan etanol absolut dingin sebanyak 2
kali volume larutan kemudian tabung dibolak-balik untuk pencampuran. Setelah
itu, campuran diinkubasi pada suhu -20oC selama 2 jam sampai semalam.
Campuran disentifugasi pada 12000 rpm selama 5 menit, kemudian supernatan
dibuang dan pellet dicuci dengan 0,6 ml etanol 70%. Sentrifuge kembali campuran
pada 12000 rpm selama 5 menit. Pelet diambil kemudian ditambahkan 30 µL ddH2O
(Tim Penyusun, 2017).
3.2.3
Analisa pET-Endo menggunakan
Elektroforesis Gel Agarosa
Gel agarosa 1,5% dibuat
dengan melarutkan 0,375 g agarosa dalam 25 ml buffer TAE (Tris Acetat EDTA) pH 8. Agarosa yang sudah larut didinginkan sampai
kira-kira temperatur 45°C, selanjutnya gel dituangkan pada cetakan dan
dibiarkan memadat. Sampel yang akan dielektrolisis dicampur dengan buffer yang
mengandung bromofenol biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v).
Elektrolisis dilakukan dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt. Elektrolisis
dihentikan ketika bromofenol biru telah bermigrasi kira-kira 2/3 dari panjang
gel. Gel agarosa kemudian direndam dalam larutan Etidium Bromida (EtBr) 250
µg/mL selama 30 menit, selanjutnya direndam dalam buffer TAE selama 5-10 menit.
Hasil elektroforesis dapat diamati dengan sinar UV (Sambrook dan Russel, 2001).
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Isolasi
plasmid pET30 dari E. coli BL21
|
|
|
3.3.2
Isolasi DNA kromosom isolat
3.3.3 Analisa pET-Endo menggunakan Elektroforesis Gel Agarosa
|
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Plasmid
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Penambahan
larutan pada pellet
|
Laruta
berwarna keruh
|
2.
|
Penambahan
larutan II
|
Larutan
menjadi jernih
|
3.
|
Pendinginan
dalam ice bath
|
Tidak
berubah
|
4.
|
Penambahan
larutan III
|
Larutan
menjadi kental dan terdapat lendir seperti gel
|
5.
|
Pendinginan
selama 10 menit
|
tetap
|
6.
|
Disentrifugasi
12.000 rpm suhu 4
|
Terbentuk
dua fase
|
7.
|
Pemindahan
supernatan
|
Larutan
bening
|
8.
|
Penambahan
(kloroform:isoamil:alkohol)
|
Terbentuk
dua fase
|
9.
|
Sentrifugasi
selam 2 menit
|
Terbentuk
tiga fase
|
10.
|
Penambahan
larutan etanol 70% (600 µL) pada fase teratas
|
Jernih
(bening)
|
11.
|
Sentrifugasi
|
Terdapat
endapan putih (pellet)
|
12.
|
Penambahan
ddH2O 15 µL
|
larut
|
13.
|
Elektroforesis
|
Terpisah
|
4.1.2 Kromosom
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Penambahan
larutan TE pada pellet
|
Laruta
menjadi keruh
|
2.
|
Pembekuan
selama 30 menit
|
Larutan
kental
|
3.
|
Penambahan
larutan lizosim 250 µL
|
Tidak
berubah
|
4.
|
Inkubasi
45
|
Tetap
|
5.
|
Penambahan
larutan STEP 50 µL
|
Larutan
mencair
|
6.
|
Penambahan
fenol
|
Terbentuk
dua fase (bawah: keruh dan atas: bening)
|
7.
|
Sentrifugasi
|
Mengental
(bawah: keruh dan atas: bening)
|
8.
|
Pengambilan
500 µL fase atas
|
Larutan
bening
|
9.
|
Penambahan
natrium asetat 50 µL
|
Larutan
menjadi keruh
|
10.
|
Penambahan
larutan etanol 70% 1.000 µL
|
Terdapat
emulsi melayang berwarna putih
|
11.
|
Inkubasi
selama semalam
|
Larutan
bening dan terdapat pellet dibawah
|
12.
|
Pencucian
dengan larutan etanol 70% dingin
|
Pellet
larut
|
13.
|
Sentrifugasi
|
Tidak
terjadi perubahan
|
14.
|
Penambahan
ddH2O
|
Pellet
larut
|
4.2 Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan
pada percobaan ini meliputi isolasi DNA plasmid, DNA kromosom, dan
elektrolisis. DNA plasmid yang akan diisolasi dalam percobaan menggunakan
suspensi pellet bakteri Escherichia coli.
Hal ini dikarenakan bakteri tersebut mudah didapatkan dan dapat menghasilkan
keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat. Isolasi DNA kromosom berasal
dari suspensi pellet kromosom buah tomat. Isolasi DNA plasmid dan DNA kromosom
bertujuan mengekstrak plasmid dan memisahkannya dari berbagai komponen selular
bakteri lainnya, seperti protein, lemak dan RNA. Kedua isolasi DNA menggunakan
prinsip alkalyne
lysis. Metode isolasi DNA
plasmid menggunakan alkalyne lysis terdiri dari tiga tahapan
utama. Tahapan tersebut meliputi resuspensi pellet sel dengan buffer, proses
pelisisan dengan larutan detergen (anionik), dan kemudian diakhiri dengan pengambilan
DNA plasmid menggunakan presipitasi (sentrifugasi).
Kegiatan pertama yaitu
isolasi DNA plasmid dari suspensi pellet bakteri E. coli. Tahap pertama dilakukan adalah resuspensi pellet sel bakteri dengan 100 µL larutan I. Larutan
I merupakan campuran dari Glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5 mM pH
8, Na2EDTA 10 mM pH 8. Komponen
glukosa pada larutan I berperan sebagai buffer untuk mempertahankan pH agar
tetap pada kisaran 12. Hal ini sangat penting karena tahap pelisisan sel
menggunakan SDS-NaOH membutuhkan kondisi pH basa. Fungsi Tris-HCl dalam larutan
I sebagai buffer setelah sel mengalami pelisisan, sebagaimana disebutkan
Surzycki (2000), kondisi pH setelah pelisisan sel dapat dipertahankan pada
kisaran 7,6-9 yang merupakan kisaran pH fisiologis internal sel, sehingga DNA
tidak mengalami kerusakan. Na-EDTA pada larutan I berperan sebagai agen
pengkelat yang dapat menginaktivasi enzim DNase dengan cara mengikat ion
magnesium yang dibutuhkan sebagai kofaktor enzim nuklease sehingga dapat
mencegah DNA terdenaturasi oleh aktivitas Dnase (Surzycki, 2000). Campuran
kemudian dihomogenkan dengan bantuan pipetting
selama beberapa kali hingga seluruh pelet tersuspensi dalam larutan dan
kemudian didiamkan 5 menit. Hasilnya adalah larutan berwarna keruh.
Tahap selanjutnya yaitu
pelisisan sel melalui penambahan 200 µL Larutan II pada suspensi. Larutan
II merupakan campuran NaOH 0,2 M, SDS 1%, ddH2O steril dan
dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung eppendorf. Penggunaan SDS dalam larutan II bertujuan
untuk melisiskan membran sel. SDS merupakan detergen anionik yang dapat
melisiskan membran sel. Komponen NaOH pada larutan II dapat memberikan kondisi
basa yang menyebabkan DNA mengalami denaturasi. Hasilnya adalah larutan keruh. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa penambahan larutan II merupakan tahap pelisisan
sel yang membuat dinding plasma rusak dan cairan sel keluar. Campuran kemudian
didinginkan dalam ice bath yang
bertujuan unruk menurunkan kelarutan DNA dalam larutan.
Tahap selanjutnya yaitu
penambahan larutan III. Penambahan larutan III (Natrium asetat) pada
campuran pellet sel bakteri, bertujuan untuk memisahkan antara DNA plasmid
dengan komponen selular lain seperti protein, lemak dan debris sel, setelah sel
dilisiskan. Penambahan natrium asetat dapat menurunkan pH dan menyebabkan DNA
plasmid mengalami renaturasi. Kemudian dilakukan inkubasi pada es selama 10
menit. Inkubasi pada suhu dingin dapat dapat memaksimalkan renaturasi DNA plasmid.
Setelah itu disentrifugasi 12.000 rpm suhu 4. Sentrifugasi
merupakan suatu teknik pemisahan yang dilakukan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit. Suspensi ini dimasukan ke dalam tabung Eppendorf yang
kemudian dimasukkan ke dalam sentrifugat. Prinsip utama sentrifugasi adalah
memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengancara memberikan gaya
sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada didasar yang
disebut dengan pelet, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletakdi
atas yang disebut dengan supernatan. Sentrifugasi pada tahap ini akan menyebabkan
protein, dan RNA dengan berat molekul yang relatif besar mengalami presipitasi
dan mengendap sebagai pelet. Sedangkan DNA plasmid yang berukuran lebih kecil, berada
pada supernatan. Selanjutnya, supernatan dipindahkan pada tabung eppendorf yang
baru. Supernatan yang didapatkan tidak berwarna (bening).
Supernatan yang didapat
kemudian dimurnikan. Pemurnian bertujuan untuk membersihkan isolat dari
kontaminasi bahan selain DNA. Pada tahap ini, kontaminan yang terdapat dalam
larutan adalah protein dan komponen buffer yang digunakan dalam tahap
sebelumnya seperti garam potasium asetat, SDS, dan EDTA. Purifikasi DNA plasmid
pada percobaan menggunakan ekstraksi menggunakan campuran larutan
fenol-kloroform-isoamil. Campuran pelarut organik ini dapat mendenaturasi
protein dan melarutkan komponen lipid. Jumlah fenol-kloroform-isoamil yang
ditambahkan pada percobaan adalah satu kali volume larutan yang akan
dipurifikasi. Komponen DNA yang terdapat pada supernatan masih tercampur dengan
garam-garam terlarut komponen buffer dan DNA dapat dipisahkan dari kontaminan
terlarut melalui presipitasi DNA. Presipitasi DNA plasmid dalam supernatan
dilakukan dengan menambahkan isopropanol. DNA dapat terpresipitasi setelah
penambahan isopropanol disebabkan DNA tidak terlarut dalam isopropanol
(Dolphin, 1998). Hasil presipitasi DNA plasmid dengan penambahan isopropanol
pada umunya nampak sebagai pellet berwarna putih. Pellet DNA yang terbentuk setelah presipitasi dengan menggunakan
isopropanol dapat dipurifikasi untuk meningkatkan kemurnian DNA yang didapat.
Proses purifikasi DNA dilakukan dengan pencucian menggunakan ethanol 70%.
Pencucian dengan ethanol 70% dapat menghilangkan residu-residu garam yang masih
tersisa setelah presipitasi, sehingga DNA yang didapatkan lebih murni. Kemudian
pellet diambil dan ditambahkan 30 µL ddH2O untuk menjaga kondisi DNA
yang didapatkan agar tidak kering dan rusak.
Kegiatan yang kedua
adalah isolasi DNA kromosom dari buah tomat. Proses isolasi DNA kromosom secara
umum terdiri atas tiga tahap, yaitu: lisis sel untuk membebaskan isinya,
ekstraksi sel untuk menghilangkan semua komponen kecuali DNA,
dan pemekatan larutan DNA. Isolasi DNA kromosom dilakukan dengan cara meresuspensi
pellet sel dengan 250 µl buffer TE (50 mM tris HCl pH 8 dan 50 mM EDTA). Tris-HCl berfungsi sebagai, untuk menjaga kondisi pH
setelah pelisisan sel dapat dipertahankan pada kisaran 7,6-9 yang merupakan
kisaran pH fisiologis internal sel, sehingga DNA tidak mengalami kerusakan. EDTA
merupakan agen pengkelat yang dapat mengikat ion-ionlogam atau ion-ion
bermuatan positif seperti Ca2+ dan Mg2+ sehingga
komponen-komponen membran terluar sel akan terurai dengan terikatnya molekul
tersebut. Selanjutnya, larutan tersebut dibekukan pada suhu -20oC selama
30 menit. Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan kelarutan pellet dalam
larutan sehingga memudahkan proses pemisahan pada tahap selanjutnya.
Selanjutnya, dilakukan penambahan 250 µL lisozim 10mg/mL dan di bolak-balik
agar enzim tercampur ke dalam sel beku dan dibiarkan mencair pada suhu kamar.
Lisozim berfungsi untuk memecah dinding sel dan membran sel bakteri agar
DNA dapat diisolasi. Selanjutnya,
susupensi diinkubasi pada penangas es selama 45 menit, yang bertujuan untuk memecah-memecah dinding dan membran sel
dengan optimal.
Suspensi kemudian
ditambahkan larutan STEP (SDS 1%, Tris Cl, EDTA pH 8, proteinase K) sebanyak
50µL ke dalam suspensi dan dicampur rata dengan cara membolak-balik tabung
eppendorf secara perlahan. Larutan SDS berfungsi sebagai larutan detergen yang
merusak dinding dan membran sel. Sel yang telah lisis membuat organel-organel
dalam sitoplasma sel keluar, sehingga tris HCl berfungsi sebagai larutan buffer
yang menjaga pH sel mengalami pelisisan. Kondisi
pH setelah pelisisan sel dapat dipertahankan pada kisaran 7,6-9 yang merupakan
kisaran pH fisiologis internal sel agar DNA yang diinginkan tidak rusak.
Penambahan proteinase K bertujuan untuk merusak protein yang ada pada suspensi.
Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam waterbath pada suhu 50oC selama 1 jam sambil sesekali
digoyang perlahan. Inkubasi dalam waterbath
pada suhu tersebut dapat dapat
memaksimalkan proses lisis. Tahap selanjutnya, campuran kemudian ditambahkan
300µL larutan fenol jenuh ke dalam
campuran lalu dikocok sampai terbentuk emulsi. Penambahan fenol bertujuan
merekristalisasi molekul DNA dan mengakibatkan terbentuknya endapan sehingga
lisat DNA terbentuk. Campuran disentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm selama 5
menit, dan terbentuk dua fase. Bagian bawah keruh dan bagian atas bening. DNA
yang diinginkan berada pada lapisan atas.
Lapisan atas dipipet
secara hati-hati dan dipindahkan ke dalam tabung eppendorf yang steril.
Selanjutnya ditambahkan larutan natrium asetat 0,3 M sebanyak 0,1 kali dari
volume total hasil pemipetan DNA, lalu dicampur perlahan. Penambahan larutan
natrium asetat bertujuan untuk memisahkan antara DNA dengan komponen selular
lain seperti protein, dan debris sel. Penambahan natrium asetat dapat
menurunkan pH dan menyebabkan DNA kromosomal dapat segera mengalami renaturasi.
Kemudian ditambahkan etanol absolut dingin sebanyak 2 kali volume larutan
kemudian tabung dibolak-balik untuk pencampuran. Setelah itu, campuran
diinkubasi pada suhu -20oC selama 2 jam sampai semalam. Penambahan
etanol absolut bertujuan untuk membantu mengkristalkan DNA dan membantu
merenaturasi molekul DNA yang kemungkinan mengalami denaturasi setelah
perlakuan penambahan larutan pelisis. Selain itu, pendinginan selama semalam
bertujuan untuk mengurangi kelarutan DNA pada larutan sehingga dapat terisahkan
dari larutannya. Campuran disentifugasi pada 12000 rpm selama 5 menit, kemudian
supernatan dibuang dan pellet dicuci dengan 0,6 ml etanol 70%. Penambahan
etanol bertujuan untuk proses purifikasi DNA.
Pencucian dengan ethanol 70% dapat menghilangkan residu-residu garam yang masih
tersisa setelah presipitasi, sehingga DNA yang didapatkan lebih murni. Campuran kembali campuran pada 12000 rpm selama 5
menit, kemudian pellet diambil dan ditambahkan 30 µL ddH2O untuk
menjaga kondisi DNA yang didapatkan agar tidak kering dan rusak.
DNA
yang didapatkan belum menunjukkan informasi mengenai ukuran molekulnya, maka
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menguji keberhasilan proses
isolasi DNA plasmid. Analisis mengenai informasi ukuran DNA plasmid yang
didapat dapat diperiksa melalui analisis elektroforesis. Elektroforesis
merupakan metode pemisahan serta analisis makromolekul (DNA, RNA, protein) dan
fragmennya, berdasarkan ukuran dan muatan. Partikel dan molekul bermuatan
bermigrasi dalam medium yang bermuatan listrik. Pemisahan DNA dengan
elektroforesis pada percobaan menggunakan medium agarosa. Medium agarosa
dipilih sebab memiliki pori yang dapat digunakan untuk mobilisasi molekul saat
proses pemisahan. Elektroforesis dalam gel seperti poliakrilamid memisahkan
sebagian besar molekul bedasarkan ukuran molekulernya. Selain itu, gel agaosa
dapat dapat melakukan pemisahan sampel DNA dengan ukuran hingga 20.000 psang
basa (pb). Molekul DNA adalh bermuatan negatif. Sehingga ketika diberi arus
listrik, molekul DNAbermobilisasi menuju kutub positif (anoda) meninggalkan daerah
awalnya (sumur).
Sampel
yang akan dielektrolisis dicampur dengan buffer yang mengandung bromofenol biru
(BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v). Penambahan larutan BPB bertujuan untuk
pewarna DNA yang dianalsiis dalam elektroforesi, agar dapat dilihat visualisasi
pemisahannya. Pencampuran BPB dengan dengan DNA menggunakan teknik pipetting
secara hati-hati agar tercampur sempurna. Sampel kemudian diletakkan dalam
sumur-sumur yang sudah tersedia dalam gel agarosa. kemudian dilakukan running
elektroforesis dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt selama 3 jam. Mobilisasi
molekul DNA yang diberi tegangan, bergantung pada ukurannya. Molekul yang berukuran lebih kecil akan bermobilisasi
lebih cepat dari pada molekul yang berukuran lebih besar. Adapun visualisasi
hasil elektroforesis DNA pada percobaan adalah sebagai berikut:
Gambar
4.1.
Elektroforesis DNA Plasmid
Gambar
4.2.
Elektroforesis DNA kromosom
Visualisasi pemisahan
DNA dengan elektroforesis menggunakan sinar UV. Pewarna yang digunakan pada sampel DNA
akan menghasilkan warna terang apabila terpapar sinar UV. Berdasarkan
hasil percobaan pemisahan DNA plasmid dengan elektroforesis pada kotak kelompok
9 pada gambar 4.1, terlihat samar dan membias. Hal itu disebabkan bahwa hasil
isolasi DNA yang dilakukan belum cukup murni. Sementara itu pemisahan DNA
kromosom dengan elektroforesis pada kotak kelompok 9 pada gambar 4.2
menunjukkan hasil yang lebih jelas, terlihat spot-spot yang memisah pada jarak
tertentu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolasi DNA yang dilakukan
sebelumnya cukup baik. Sehingga saat elektroforesis terlihat pemisahan molekul
DNA berdasarkan ukurannya seperti spot-spot. Spot yang terletak pada bagian
akhir merupakan molekul yang bermobilitas lebih cepat. Hal ini menandakan
ukuran molekul DNA lebih tersebut lebih kecil. Sementara spot yang berada
didekat spot awal permulaan (sumur),
bergerak lebih lambat yang menandakan bahwa ukuran molekulnya lebih besar.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa isolasi DNA plasmid
yang telah dilakukan belum menunjukkan kemurnian yang cukup bagus setelah diuji
melalui pemisahan metode elektroforesi. Hal tersebut dapat dilihat pada
penampakan hasil spot yang pada proses elektrolisis. Sementara isolasi DNA
kromosom yang dilakukan sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penampakan elektroforesisn DNA kromosom yang menunjukkan spot-spot yang
terpisahkan dengan jelas.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu
sebaiknya untuk isolasi DNA plasmid dan kromoson selanjutnya dapat dilakukan
dengan perlakuan waktu inkubasi selama 48 jam untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Daftar
Pustaka
Alberts, B., et all. 2008. Molecular Biology of the Cell.Ed.-5. New York: Garland Science.
Cain et al., 2002. Discover Biology 2nd Edition. USA: Barnes and Nobles.
Campbell, A., et all. 2008. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Carson, Susan., & Robertson, Dominique. 2006. Manipulation and Expression of Recombinant
DNA, 2nd Edition. USA: Elsevier Academic Press.
Faatih, M. 2009. Isolasi
dan digesti DNA kromosom. Jurnal penelitian Sains dan Teknologi. 10 (1):61
– 67.
Fatchiyah, Estri, dkk. 2011. Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Erlangga.
Gaffar, Shabarni. 2007. Buku Ajar Bioteknologi Molekul. Bandung: Jurusan Kimia, FMIPA
UNPAD.
Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetika, Edisi Kedua. Bogor:IPB Press.
Purves et al,. 2003. Life: The Science of Biology. USA:
Barnes and Nobles.
Sambrook, J., dan Russel, D. W. 2001. Molecular Cloning, A Laboratory Manual 3rd
Edition. New York Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi, untuk Pemula. alih bahasa James Veldman.
Jakarta: EGC.
Suhartono, Putra. 1999. Biologi Molekuler Kedokteran, editor:
Suhartono Taat Putra. Surabaya: Airlangga University Press.
Komentar
Posting Komentar